Rabu, 22 Juli 2015

Hanya Sekedar Harapan Kosong




"Hai". Kata pertama yang kau ucapkan padaku. Walaupun hanya sekedar ucapan tanpa suara melalui media Blackberry Messenger. Malam itu, rasanya hatiku berdebar kembali. Seperti aku merasakan jatuh cinta pada orang yang telah lama aku kenal.

Kau menghibur ku, memperhatikan ku, membimbing ku, menuntun ku menjadi wanita yang baik. Topik demi topik kita bahas seperti tak ada habisnya. Kau membuatku bisa berjam-jam melihat layar handphone, jujur saja ini diluar kebiasaan ku. Malam itu semua berubah. Aku jatuh cinta.

Hari-hari berganti, kau membuatku nyaman dan kau juga membuat aku bergantung padamu. Perhatianmu lebih tajam, tuntunanmu makin terarah dan kau menghiburku lebih sering dari yang sebelumnya. Bahkan di telepon, kau sudah mulai mengucapkan kata kata yang manis. Sadarkah kau, kau membuatku jatuh cinta sehatuh-jatuhnya.

Semakin hari kau mulai menegaskan bahwa kau sudah mulai memberikan aku harapan. Harapan bahwa hubungan kita bukan hanya sebatas teman. Kau membuat aku bisa berfikir bahwa kita bisa menjadi pasangan yang sempurna. Kau bisa mencintaiku dengan baik dan aku akan mencintaimu lebih dari itu. Namun aku tersadar, itu hanya imajinasiku.

Kau tiba-tiba menghilang. Tak ada kabar. Tak ada pesan. Aku masih tetap menunggumu dengan sabar. Dan tetap membayangkan hal hal yang indah jika kita bersama. Aku tetap menunggu. Yaa aku akan tetap menunggu..

Tapi sejujurnya, menunggu adalah hal yang paling aku benci. Terlebih menunggu kabar dari seseorang yang aku cintai. Aku mulai menghubungimu melalui Blackberry Messenger. Dan aku juga mulai menghubungimu melalui nomor telepon mu. Tapi nyatanya nihil.

Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku menyalahkan diriku? Atau aku harus menunggu dan menunggu?

Setelah kau menghilang, kebiasaan ku kembali seperti dulu. Sepotong demi sepotong rangkaian peristiwa manis bersamamu akan aku lupakan. Memang ini berat. Tapi akan aku coba. Yaa harus aku coba bagaimanapun caranya.